Banda Aceh — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan kemajuan penanganan banjir dan longsor di tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Selain percepatan pemulihan infrastruktur dan distribusi logistik, pemerintah juga memberi perhatian khusus pada kesiapan sektor pendidikan menjelang dimulainya kembali kegiatan belajar-mengajar pada awal Januari 2026.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyampaikan bahwa pembukaan kembali sekolah memiliki peran strategis, tidak hanya dalam pemulihan pendidikan, tetapi juga sebagai bagian dari dukungan psikososial bagi anak-anak terdampak bencana.
“Sekolah direncanakan kembali aktif pada minggu pertama Januari. Kegiatan belajar-mengajar menjadi sarana penting untuk membantu pemulihan psikososial anak usia sekolah,” ujar Abdul Muhari dalam pemutakhiran data kebencanaan harian BNPB, Kamis (25/12/2025).
Hingga 25 Desember 2025, BNPB mencatat penambahan enam korban jiwa, sehingga total korban meninggal akibat banjir dan longsor di ketiga provinsi tersebut mencapai 1.135 orang. Sementara itu, jumlah pengungsi tercatat sebanyak 489.864 jiwa. Operasi pencarian dan pertolongan masih terus dilakukan oleh tim gabungan Basarnas, TNI, Polri, serta relawan di sejumlah daerah yang masih memiliki laporan orang hilang.
Pemulihan akses transportasi menunjukkan perkembangan positif. Beberapa jalur alternatif dari Bener Meriah menuju Bireuen mulai dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat. Selain itu, ruas jalan nasional Takengon–Bireuen secara bertahap kembali berfungsi, sehingga distribusi logistik dan energi dari Bandara Rembele ke wilayah terdampak semakin lancar.
Pemerintah menargetkan sebagian besar perbaikan jalan dan jembatan nasional dapat diselesaikan pada 30 Desember 2025, meskipun beberapa titik diperkirakan rampung pada pekan pertama Januari 2026. Pemulihan akses ini diharapkan mempercepat perbaikan sektor lainnya, seperti kelistrikan, komunikasi, dan distribusi energi.
Dari Posko Nasional BNPB di Halim Perdanakusuma, tercatat total 1.370 ton logistik telah diterima, dengan 1.361 ton di antaranya sudah disalurkan ke wilayah terdampak. Penyaluran logistik ke Aceh mencapai 37,4 ton melalui jalur udara, ke Sumatra Utara 8,7 ton melalui jalur darat, serta ke Sumatra Barat 6,1 ton melalui jalur darat seiring membaiknya akses jalan nasional.
BNPB memastikan dukungan logistik tambahan dari berbagai kementerian, lembaga, dan organisasi masyarakat akan terus berdatangan guna memperkuat cadangan bantuan di daerah terdampak.
Pembangunan hunian sementara (huntara) di ketiga provinsi juga dipercepat dengan pola kerja hingga 18 jam per hari. Di Aceh, dari 18 kabupaten/kota terdampak, sebanyak 10 kabupaten/kota telah membangun huntara, sembilan dibiayai oleh pemerintah dan satu secara mandiri oleh pemerintah daerah. Enam daerah telah menetapkan lokasi pembangunan, sementara dua lainnya masih dalam tahap identifikasi lahan.
Di Sumatra Utara, proses pembangunan huntara berlangsung di empat kabupaten/kota, termasuk Sibolga dan Tapanuli Utara. Sementara itu, Sumatra Barat mencatat progres tercepat, dengan pembangunan huntara berjalan di Pesisir Selatan, Kota Padang, Pariaman, Tanah Datar, Kabupaten Agam, dan Kota Payakumbuh.
BNPB mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap dinamika cuaca. Bersama BMKG dan TNI, BNPB terus melakukan operasi modifikasi cuaca. Meskipun intensitas hujan secara umum menurun dalam satu bulan terakhir, beberapa wilayah masih berpotensi mengalami hujan lebat dan banjir susulan.
Pemerintah menegaskan komitmennya untuk mempercepat pemulihan pascabencana melalui sinergi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh elemen masyarakat, agar kehidupan warga di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat dapat segera pulih dan kembali berjalan normal.
