Gubernur Khofifah Ajak Kepala Daerah se-Jawa Timur Jaga Iklim Investasi Inklusif, Berkelanjutan, Aman dan Bebas Premanisme

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa terus berupaya menciptakan iklim investasi di Jawa Timur yang inklusif, berkelanjutan, aman dan bebas dari premanisme. 

Salah satu upaya itu dengan cara mendorong dan menguatkan komitmen bersama Kepala Daerah se-Jatim, melalui High Level Meeting (HLM) Forum Investasi Jawa Timur yang diselenggarakan di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (15/7). 

"Intinya yang kita tanda tangani itu bagaimana menjaga iklim investasi di Jawa Timur inklusif dan berkelanjutan. Kemudian investasi ini aman dan bebas premanisme. Kepastian dan kenyamanan investor harus menjadi prioritas bersama,” ujar Gubernur Khofifah.

Menurut Khofifah, iklim investasi yang inklusif, berkelanjutan, aman dan bebas dari premanisme menjadi kunci agar para investor dalam dan luar negeri tertarik berinvestasi di Jawa Timur.

“Oleh sebab itu, komitmen bersama ini harus benar-benar ditindaklanjuti oleh semua pihak pemangku kepentingan,” jelas Khofifah.

Selain itu, dalam arahannya Gubernur Khofifah menyampaikan strategi peningkatan investasi Jatim melalui arah kebijakan yang berpihak untuk percepatan penyusunan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) dan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) Kabupaten Kota; percepatan infrastruktur penunjang industri; program skill match 100k; dashboard debottlenecking dan percepatan Peraturan Gubernur (Pergub) tentang insentif penanaman modal; serta melakukan promosi investasi dan tersedianya platform digital berbasis webgis.

"Hal tersebut akan memberikan dampak pada kepastian lokasi investasi, _logistic cost_ yang bisa turun, pengangguran terbuka turun dan produktivitas naik, daya saing investasi turun, serta meningkatkan kepercayaan investor," jelasnya.

Strategi peningkatan investasi Jatim, lanjut Khofifah, juga dilakukan dengan memberikan kemudahan berusaha bagi para investor. Di antaranya menyediakan fasilitas pasokan energi dan infrastruktur, penyediaan lahan atau lokasi, panduan pelaksanaan pelaporan kegiatan investasi, fasilitasi dan koordinasi penjajakan investasi dengan pihak-pihak terkait.

Selanjutnya, menjalin kerja sama untuk persiapan investasi, kemudahan perizinan berusaha, fasilitasi ketenagakerjaan dan hubungan industrial, fasilitasi penyelesaian masalah pelaksanaan investasi serta penyediaan data dan informasi terkait peluang investasi.

"Kita semua harus menyiapkan itu semua, jadi memang menyiapkan karpet merah untuk para investor dalam dan luar negeri itu menjadi penting," tegasnya.

Lebih lanjut disampaikannya, Pemprov Jatim juga telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan realisasi investasi hilirisasi yakni melalui penyusunan _Investment Project Ready to Offered_ (IPRO) untuk proyek hilirisasi; kurasi dan fasilitasi, membangun kemitraan; percepatan pelayanan perizinan; serta promosi investasi. 

"Para investor itu lebih tertarik jika sudah disediakan data atau mana saja yang sudah masuk pada IPRO," katanya.

Saat ini, Jawa Timur sendiri memiliki IPRO di berbagai sektor mulai dari manufaktur, infrastruktur, pariwisata, kawasan industri komersial, agrikultur dan _healthcare_. Hal ini membuktikan kalau Jatim sebagai pusat pertumbuhan industri di berbagai sektor.

"Jawa Timur siap menjadi pusat pertumbuhan industri berbasis nilai tambah, khususnya di sektor agribisnis, pertambangan, dan manufaktur," tambahnya.

Tak hanya itu saja, Pemprov Jatim terus melakukan berbagai langkah strategis untuk mendorong peningkatan investasi, antara lain melalui promosi investasi di dalam maupun luar negeri. Tujuannya agar promosi investasi dapat berjalan lebih optimal, maka diperlukan adanya IPRO yang disusun melalui kajian pra-feasibility study (pra-FS). 

"Tahun mendatang, kami menargetkan jumlah proyek yang dapat ditawarkan akan semakin meningkat," katanya.

Gubernur Khofifah kembali menegaskan posisi Jawa Timur sebagai _Center of Gravity_ Ekonomi Indonesia. Sehingga dirinya optimistis mampu mewujudkan Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara.

Terlebih, kata Khofifah, Jawa Timur selama ini telah melayani 21 rute dari 39 rute Tol Laut melalui Pelabuhan Tanjung Perak. Selain itu, juga terdapat dukungan infrastruktur antara lain 7 bandara, 37 pelabuhan, 12 ruas jalan tol, 12 kawasan industri, 2 KEK, dan 1 kawasan industri halal.

"Hampir 80 persen logistik di 19 provinsi Indonesia Timur dikirim dari Jawa Timur melalui Tanjung Perak Surabaya," ungkapnya.

Berdasarkan data BPS, Jawa Timur merupakan salah satu provinsi penyumbang perekonomian terbesar nasional dengan nilai PDRB ADHB pada Triwulan I 2025 sebesar Rp 819,3 T. Dan berkontribusi sebesar 14,42% terhadap PDB Nasional dan 25,11% terhadap PDRB Pulau Jawa. 

"Capaian ini didukung dengan ekonomi Jawa Timur yang tumbuh impresif, pada Triwulan I 2025 tercatat tumbuh 5,00 persen (y-o-y), dan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,87 persen (y-o-y)," terangnya.

Gubernur Khofifah juga mengapresiasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur yang telah memberikan dukungan luar biasa untuk mendorong peningkatan investasi dan penguatan kolaborasi promosi investasi di tingkat nasional maupun internasional.

"Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur," ucapnya.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada para kepala daerah yang berpartisipasi aktif pada HLM Forum Investasi Jatim. Harapannya arahan strategis dari pertemuan ini benar-benar sampai kepada para pengambil kebijakan di daerah. 

"Mohon segera diterjemahkan kedalam langkah konkret untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan investasi di masing-masing wilayah," pesannya.

Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur Ibrahim menyampaikan pertumbuhan ekonomi PDRB Jawa Timur yang lebih tinggi dari nasional dan berada di urutan kedua secara nasional merupakan potensi yang luar biasa. Menurutnya potensi seperti ini patut dikelola, dipertahankan dan dilanjutkan dengan kata kunci yang harus dijadikan pedoman yaitu konsistensi, inovasi dan sinergi.

"Konsistensi, apa yang kita keluarkan baik itu _policy_ maupun dukungan harus kita lanjutkan, lalu inovasi, dukungan terkait peraturan harus konsisten vertikal dan horizontal sehingga ada harmonisasi kebijakan disitu, dan Sinergi, kita tidak bisa sendiri semua pihak harus saling mendukung" kata Ibrahim.

"Jadi KIS, konsistensi, inovasi dan sinergi, ini menjadi kata kunci bagaimana kita bisa saling mendukung untuk iklim investasi yang kondusif di Jawa Timur," tutupnya.