Ratusan Relawan Medis Dikirim Kemenkes ke Wilayah Terdampak Bencana Aceh

Jakarta – Kementerian Kesehatan RI kembali mengerahkan ratusan relawan tenaga kesehatan untuk membantu penanganan dampak bencana di sejumlah wilayah di Aceh. Pelepasan relawan dilakukan langsung oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) Kemenkes RI, Yuli Farianti.

Para relawan yang diberangkatkan merupakan tenaga medis dan tenaga kesehatan lintas profesi yang secara sukarela mengabdikan diri untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di daerah terdampak bencana.

Dalam pelepasan relawan pada Sabtu (20/1/2025), Yuli Farianti menyampaikan bahwa fokus utama penugasan saat ini diarahkan ke Provinsi Aceh yang mengalami dampak paling besar. Selanjutnya, penugasan akan diperluas ke wilayah Sumatra Barat, khususnya Kabupaten Agam, serta Sumatra Utara.

“Saat ini kami mengoordinasikan penempatan relawan agar tidak ada daerah yang kelebihan tenaga dan tidak ada pula yang kekurangan. Distribusi layanan kesehatan harus adil dan sesuai kebutuhan masyarakat,” jelas Yuli.

Pada tahap ini, sebanyak 126 relawan diberangkatkan ke wilayah dengan tingkat kesulitan tinggi, seperti Bener Meriah, Takengon, Aceh Utara, dan Gayo Lues. Beberapa lokasi tersebut bahkan hanya dapat dijangkau dengan berjalan kaki.

Sebelumnya, sebanyak 70 relawan telah lebih dulu bertugas di wilayah Aceh dan Medan. Ke depan, Kemenkes berencana mengirimkan tambahan 207 relawan pada tahap berikutnya dan 87 relawan pada tahap selanjutnya. Dengan demikian, total relawan yang dikerahkan hingga 22 Desember 2025 diperkirakan mencapai sekitar 600 orang.

“Kami menurunkan tim yang lengkap, termasuk psikolog klinis dan psikiater untuk penanganan trauma healing. Pemulihan masyarakat tidak hanya menyangkut kondisi fisik, tetapi juga kesehatan mental,” tambah Yuli.

Tim relawan terdiri dari berbagai latar belakang keahlian, mulai dari dokter spesialis mata, bedah, neurologi, anak, dokter umum, perawat, bidan, tenaga gizi, tenaga laboratorium, radiografer, kesehatan lingkungan, epidemiolog, hingga psikolog klinis dan psikiater. Layanan trauma healing menjadi salah satu fokus utama, terutama di posko pengungsian.

Para relawan akan ditempatkan di rumah sakit, puskesmas, dan posko pengungsian sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Penugasan ini menjadi wujud nyata semangat gotong royong dan nilai kemanusiaan dalam membantu masyarakat terdampak bencana.

Sejak hari ketiga pascabencana, Kemenkes sebenarnya telah mengirimkan tenaga kesehatan ke wilayah terdampak. Namun, pada tahap awal pengiriman dilakukan secara mandiri oleh masing-masing rumah sakit. Melalui koordinasi terpusat saat ini, distribusi relawan dilakukan lebih merata agar seluruh wilayah terdampak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.

Salah satu relawan, dr. Chani Sinaro Putra, dokter spesialis mata dari RS Cicendo Bandung, menyatakan kesiapan timnya untuk menghadapi berbagai tantangan di lapangan.

“Persiapan kami bukan hanya fisik, tetapi juga mental. Kami telah mempelajari kondisi medan dan karakter masyarakat di lokasi, termasuk kemungkinan penyakit yang akan ditemui. Insya Allah, semua yang kami persiapkan dapat bermanfaat dan membantu, baik warga terdampak maupun tenaga medis yang sudah lebih dulu bertugas,” ungkap dr. Chani.

Para relawan tersebut berasal dari berbagai rumah sakit, baik rumah sakit pusat, daerah, maupun swasta. Di antaranya RSUP Cipto Mangunkusumo, RSUP Dr. Sardjito, RSUP Persahabatan, RSJ Marzoeki Mahdi, RS Cicendo, serta rumah sakit swasta seperti Siloam dan Hermina.