Shell Pertimbangkan Peluang Akuisisi BP, Masih Menunggu Momentum yang Tepat
Perusahaan energi global, Royal Dutch Shell, dilaporkan tengah menjajaki kemungkinan untuk mengakuisisi salah satu pesaing utamanya, BP Plc. Menurut laporan yang dikutip dari Reuters, Minggu (4 Mei 2025), Shell dikabarkan bekerja sama dengan para penasihat keuangan untuk menilai kelayakan dan potensi manfaat dari langkah besar tersebut.
Informasi dari Bloomberg menyebutkan bahwa dalam beberapa pekan terakhir, Shell semakin intens membahas kemungkinan pengambilalihan BP bersama para penasihatnya. Meski begitu, sumber yang mengetahui hal tersebut menyatakan bahwa keputusan akhir sangat bergantung pada pergerakan harga saham BP, khususnya apakah tren penurunan nilainya akan berlanjut.
Secara historis, Shell dan BP merupakan dua perusahaan energi yang seimbang dalam hal ukuran dan pengaruh. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan Shell telah melesat hingga hampir dua kali lipat dibandingkan BP.
Ketika diminta tanggapannya mengenai isu akuisisi ini, CEO Shell Wael Sawan menyatakan dalam wawancaranya bersama Financial Times bahwa dirinya lebih memprioritaskan pembelian kembali saham Shell ketimbang melakukan akuisisi besar. Pernyataan ini kemudian dikonfirmasi oleh juru bicara resmi perusahaan.
Dalam kesempatan terpisah saat pertemuan hasil pendapatan kuartalan, Sawan juga mengungkapkan bahwa Shell masih perlu merapikan struktur internal perusahaan. Ia menegaskan bahwa perusahaan “masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah” meski telah menunjukkan kemajuan dalam beberapa waktu terakhir.
Jika benar-benar terjadi, akuisisi BP oleh Shell akan menciptakan entitas energi raksasa yang memiliki skala cukup besar untuk menyaingi dua perusahaan energi asal Amerika Serikat, yakni ExxonMobil dan Chevron. Namun, aksi korporasi sebesar ini diyakini akan mengundang pengawasan ketat dari regulator karena dampaknya terhadap struktur pasar energi global.
Baru-baru ini, Shell melaporkan kinerja keuangan kuartal pertama 2025 yang melampaui ekspektasi pasar. Selain itu, Shell juga mengumumkan rencana buyback saham senilai 3,5 miliar dolar Amerika Serikat sebagai bagian dari strategi peningkatan nilai pemegang saham.
Di sisi lain, terdapat kemungkinan bahwa Shell menunggu inisiatif lebih lanjut dari pihak BP atau pesaing lain untuk memulai langkah pertama. Langkah-langkah internal yang kini dilakukan Shell dinilai sebagai persiapan strategis untuk berbagai skenario yang mungkin terjadi di pasar energi.
Meski saat ini diskusi internal mengenai akuisisi tersebut masih berada di tahap awal, tidak tertutup kemungkinan Shell pada akhirnya lebih memilih fokus pada strategi pembelian kembali saham dan ekspansi akuisisi berskala lebih kecil daripada melakukan merger raksasa.
“Seperti yang telah kami tegaskan berkali-kali, fokus utama kami adalah menciptakan nilai melalui peningkatan performa, kedisiplinan finansial, dan penyederhanaan struktur perusahaan,” ujar perwakilan Shell. Sementara itu, pihak BP menolak memberikan komentar terkait kabar tersebut.
BP sendiri saat ini tengah menjalankan strategi restrukturisasi besar. CEO BP, Murray Auchincloss, telah mengumumkan target penjualan aset senilai 20 miliar dolar AS hingga tahun 2027, memangkas anggaran pengeluaran, dan memperluas program pembelian kembali saham. Di saat yang sama, BP juga sedang mengalami perubahan struktur organisasi dengan kepergian kepala strategi perusahaan dalam upaya untuk mengembalikan kepercayaan investor. (tnz)